Seorang seniman menghasilkan karya seni luar biasa dengan menggunakan
peta logaritmik dan citra satelit. Adalah Pablo Carlos Budassi yang
sukses merangkum dan memuat keseluruhan jagat raya yang amat luas ke
dalam sebuah gambar berwarna.
Gambar buatannya menampilkan segala isi alam semesta, mulai dari
matahari sampai galaksi Andromeda hingga plasma sisa peninggalan Big
Bang miliaran tahun yang lalu.
Desain gambar ini seperti yang dikutip dari liputan6.com, dibuat berdasarkan peta logaritmik yang disusun
oleh Princeton University dan citra satelit dan teleskop yang diambil
oleh NASA dengan teleskop dan satelit.
Peta logaritmik dapat digunakan untuk membantu kita memvisualisasikan
wilayah yang sangat luas karena tiap 'langkah' skala pada sumbunya
bertambah dengan faktor pengali 10 kali lipat.
Matahari berada di pusat gambar tersebut, diikuti oleh planet-planet
yang ditempatkan sesuai urutannya dalam tata surya. Menakjubkan!
Dalam
gambarnya, Budassi menghadirkan cincin terluar dari Bima Sakti, sabuk
Kiper, awan Oort, bintang Alpha Centauri, Perseus Arm, galaksi-galaksi
terdekat lainnya, radiasi gelombang mikro kosmik yang tersisa dari Big
Bang, serta diakhiri di bagian luar dengan cincin Plasma, yang juga
peninggalan dari Big Bang.
"Lalu saat saya sedang menggambar hexaflexagon untuk hadiah ulang
tahun (putraku), saya mulai menggambar pusat dari kosmos dan tata
surya,” jelas Budassi kepada Tech Insider lewat email.
"Ide tampilan logaritmik terlintas hari itu dan di hari-hari
berikutnya saya bisa (menggabungkannya) dengan photoshop menggunakan
gambar-gambar dari NASA serta beberapa tekstur yang saya buat sendiri," tambah Budassi lagi seperti dikutip dari Daily Mail, Rabu (6/1/2016).
Para peneliti dari Princeton University membuat peta logaritmik
menggunakan data dari Sloan Digital Sky Survey (SDSS) dengan teleskop
optik sudut lebar, 2,5 meter di Apache Point Observatory, New Mexico.
Gambar menakjubkan alam semesta. (Unmismoobjectivo/Wikimedia Coomons/@Pablo Carlos Budassi) |
Seperti tertulis dalam sebuah artikel di Science Alert, peta 3 dimensi terperinci buatan mereka ini memuat lebih dari 3 juta obyek astronomi.
SDSS telah mengukur citra puluhan juta galaksi dan posisi 3 dimensi dari sekitar 500 ribu obyek -- dengan menggunakan redshift yang diperoleh dari spektrum galaksi-galaksi tersebut.
Alam semesta ini tercipta sekitar 13,75 miliar tahun silam dan telah bertumbuh dengan sangat pesat sejak saat itu.
Para ilmuwan percaya kalau foton tertua yang mereka teliti telah
menempuh perjalanan sejauh 45 hingga 47 miliar tahun cahaya, sejak
kelahiran alam semesta lewat Big Bang. Hal ini berarti alam semesta yang
kita ketahui lebarnya sekitar 93 miliar tahun cahaya.
Bulan Oktober 2015, para astronom mendapatkan penglihatan sekilas alam semesta paralel lain yang menabrak alam semesta kita ini.
Para ilmuwan menyebutkan kalau mereka menemukan sinyal-sinyal
petunjuk dari ujung terluar alam semesta, yang mengisyaratkan kalau
susunan alam semesta kita ini sedang diganggu oleh alam semesta lainnya yang sangat berbeda.
Analisis ini dapat memberikan satu dari potongan-potongan bukti awal teori multiverse -- teori yang menyebutkan kalau terdapat banyak alam semesta alternatif.
Proses pembuatan gambar menakjubkan alam semesta. (Unmismoobjectivo/Wikimedia Coomons/@Pablo Carlos Budassi) |
Dr. Ranga-Ram Chary, peneliti di California Institute of Technology
di Pasadena, kemudian memeriksa data dari gelombang mikro kosmik yang
dikumpulkan lewat teleskop Planck Space milik Badan Antariksa Eropa.
Dalam cahaya yang merupakan peninggalan dari saat-saat pasca-Big Bang
dahulu ini, ia menemukan sejumlah titik di mana sinar gelombang
mikronya jauh lebih terang dari yang seharusnya.
Dr. Chary lantas mengklaim kalau hal ini mungkin adalah sinyal yang
disebabkan oleh interaksi antara alam semesta kita dengan alam semesta
lain, beberapa ratus ribu tahun pasca terjadinya Big Bang, 13,8 miliar
tahun silam.
Menurut New Scientist, yang pertama sekali melaporkan penelitian Dr. Chary -- seperti dua gelembung (bubbles) yang menabrak satu sama lain.
Alam semesta-alam semesta gelembung ini (bubble universes), yang
mengembang di dalam multiverse (dunia yang memuat beberapa alam
semesta), bertabrakan satu sama lain selagi mereka mengembang, dan
meninggalkan jejak di permukaan masing-masing.
0 komentar:
Post a Comment