Tuesday 5 January 2016

Obama Umumkan Kebijakan Kontrol Senjata Api Sambil Menangis

 

Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama terlihat emosional saat umumkan aksi lembaga eksekutif dalam pentingnya membatasi dan mengurangi kekekerasan senjata api. Berbicara di Gedung Putih, beberapa kali Presiden AS ke-44 itu mengusap air mata yang jatuh di pipinya.

Dalam membuat kebijakan tanpa persetujuan kongres, Obama mengumumkan bahwa setiap pembelian senjata diwajibkan memiliki catatan latar belakang si pembeli. Ia menjelaskan bahwa kejadian penembakan massal yang semakin sering terjadi di AS menguji kepemimpinannya serta mengkritik para anggota kongres yang tak melakukan sedikitpun aksi untuk mengurangi insiden itu.

Pidato Obama mencapai puncak keharuan saat ayah dari Malia dan Natasha Obama menyebut insiden penembakan massal Sekolah Dasar Sandy Hook, Newtown, Connecticut pada 2012. Saat itu, 20 anak-anak merenggang nyawa.

"Setiap kali saya mengingat anak-anak itu, tiap kali juga saya marah," ujar Obama penuh emosi dan air mata tak terbendung mengalir, seperti yang dilansir liputan6.com dari BBC, Selasa 5 Januari 2016.

"Dan omong-omong, penembakan terjadi di jalanan Chicago tiap hari," tambahnya lagi.

Tidak Menjamin Angka Kriminal Turun

Selain mengecek latar belakang pembeli, penjualan juga semakin diperketat. Hanya mereka yang mempunyai izin-- yang lebih ketat-- yang boleh menjual belikan senjata api.

Pengumuman penuh emosional ini dihadiri oleh salah satu ayah korban Sandy Hook Mark Barden. Selain itu, dihadiri juga oleh mantan anggota kongres serta pengacara pembatasan senjata api, Gabby Giffords yang pernah terluka serius akibat penembakan massal pada 2011.

Obama juga mengkritik pedas anggota kongres dari Partai Republik yang tidak sependapat tentang cek latar belakang dan meminta rakyat AS untuk menghukum mereka dengan tidak memilih orang-orang itu lagi. Obama juga membela diri kebijakannya yang dikritik tidak akan menjamin angka kriminal menurun.

"Isu itu kerap kali muncul. Kita menyerah dengan pemikiran logika bahwa cek latar belakang tidak akan menghentikan kekerasan. Dan saya menolak anggapan itu," tambah Obama yang karier politiknya diawali dari Chicago.

"Jelas kita tidak bisa menghentikan setiap aksi kekerasan, setiap aksi kejahatan di dunia, namun setidaknya kita bisa menghentikan satu aksi kejahatan, dan satu aksi kekerasan," tambahnya.

Tindakan Orang Nomor Satu AS yang memotong jalur lobi senjata mengejutkan setiap orang, apalagi The National Rifle Associaton (NRA) -- Asosiasi Senjata Nasional. Namun, Obama bersikukuh bahwa tindakannya bukan untuk mengambil kepemilikan senjata.

Obama juga membandingkan bahwa kebijakan senjatanya ini sama dengan limit laju kendaraan di jalan, permintaan sidik jari untuk membuka iPads serta menjauhkan anak-anak dari obat-obatan.

"Saya percaya dengan Amendemen Kedua yang mengatakan rakyat AS berhak menyimpan dan memiliki senjata, tapi saya juga percaya kita bisa mencari jalan keluar untuk mengurangi kekerasan akibat senjata api berdasarkan Amendemen Kedua ini," imbuh Obama.

Sejalan dengan kebijakan Obama memperketat pembelian senjata, pemerintah AS akan menambah dana untuk institusi kesehatan mental, dana untuk FBI serta Bureau of Alcohol, Tobacco Firearms and Explosive Agents.

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © 2014 HADINES | Designed With By Blogger Templates
Scroll To Top