Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama terlihat emosional saat
umumkan aksi lembaga eksekutif dalam pentingnya membatasi dan mengurangi
kekekerasan senjata api. Berbicara di Gedung Putih, beberapa kali
Presiden AS ke-44 itu mengusap air mata yang jatuh di pipinya.
Dalam membuat kebijakan tanpa persetujuan kongres, Obama mengumumkan
bahwa setiap pembelian senjata diwajibkan memiliki catatan latar
belakang si pembeli. Ia menjelaskan bahwa kejadian penembakan massal yang
semakin sering terjadi di AS menguji kepemimpinannya serta mengkritik
para anggota kongres yang tak melakukan sedikitpun aksi untuk mengurangi
insiden itu.
Pidato Obama mencapai puncak keharuan saat ayah dari Malia dan
Natasha Obama menyebut insiden penembakan massal Sekolah Dasar Sandy
Hook, Newtown, Connecticut pada 2012. Saat itu, 20 anak-anak merenggang
nyawa.
"Setiap kali saya mengingat anak-anak itu, tiap kali juga
saya marah," ujar Obama penuh emosi dan air mata tak terbendung
mengalir, seperti yang dilansir liputan6.com dari BBC, Selasa 5 Januari 2016.
"Dan omong-omong, penembakan terjadi di jalanan Chicago tiap hari," tambahnya lagi.
Tidak Menjamin Angka Kriminal Turun
Selain mengecek latar belakang pembeli, penjualan juga semakin
diperketat. Hanya mereka yang mempunyai izin-- yang lebih ketat-- yang
boleh menjual belikan senjata api.
Pengumuman penuh emosional ini dihadiri oleh salah satu ayah korban Sandy Hook Mark
Barden. Selain itu, dihadiri juga oleh mantan anggota kongres serta
pengacara pembatasan senjata api, Gabby Giffords yang pernah terluka
serius akibat penembakan massal pada 2011.
Obama juga mengkritik pedas anggota kongres dari Partai Republik yang
tidak sependapat tentang cek latar belakang dan meminta rakyat AS untuk
menghukum mereka dengan tidak memilih orang-orang itu lagi. Obama juga
membela diri kebijakannya yang dikritik tidak akan menjamin angka
kriminal menurun.
"Isu itu kerap kali muncul. Kita menyerah dengan pemikiran logika
bahwa cek latar belakang tidak akan menghentikan kekerasan. Dan saya
menolak anggapan itu," tambah Obama yang karier politiknya diawali dari
Chicago.
"Jelas kita tidak bisa menghentikan setiap aksi kekerasan, setiap
aksi kejahatan di dunia, namun setidaknya kita bisa menghentikan satu
aksi kejahatan, dan satu aksi kekerasan," tambahnya.
Tindakan Orang Nomor Satu AS yang memotong jalur lobi senjata
mengejutkan setiap orang, apalagi The National Rifle Associaton (NRA) --
Asosiasi Senjata Nasional. Namun, Obama bersikukuh bahwa tindakannya
bukan untuk mengambil kepemilikan senjata.
Obama juga membandingkan bahwa kebijakan senjatanya ini sama dengan
limit laju kendaraan di jalan, permintaan sidik jari untuk membuka iPads
serta menjauhkan anak-anak dari obat-obatan.
"Saya percaya dengan Amendemen Kedua yang mengatakan rakyat AS berhak
menyimpan dan memiliki senjata, tapi saya juga percaya kita bisa
mencari jalan keluar untuk mengurangi kekerasan akibat senjata api
berdasarkan Amendemen Kedua ini," imbuh Obama.
Sejalan dengan kebijakan Obama memperketat
pembelian senjata, pemerintah AS akan menambah dana untuk institusi
kesehatan mental, dana untuk FBI serta Bureau of Alcohol, Tobacco
Firearms and Explosive Agents.
0 komentar:
Post a Comment